Rabu, 20 Oktober 2010

Beban hidupku

Jika anda merasa capek, serasa terhimpit dengan beban hidup yang berat maka berwudlulah dan bukalah Al-Quran surah Al-Baqarah ayat terakhir (286)
لاَ يُكَلِّفُ اللّهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا
حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Laa yukallifullaahu (Allah tidaklah membebani) nafsan (seseorang) illaa (kecuali) wus’ahaa (sesuai dengan kemampuannya). lahaa (baginya) maa kasabat (apa-apa-pahala dari yang telah diusahakannya), wa alaihaa (dan atasnya) maktasabat (siksaan atas apa-apa yang dia kerjakan).
Rabbanaa (ya Tuhan kami) laa (janganlah) tuaakhidznaa (Engkau hukum kami) in nasiina (jika kami lupa) aw akhtho’naa (atau kami salah). Rabbanaa (Ya Tuhan kami) wa laa (dan janganlah) tahmil alainaa (bebankan kepada kami) ishron (beban yang berat) kamaa (sebagaimana) hamaltahu (Engkau bebankan) ‘ala lladziina (kepada orang-orang) min qablinaa (dari sebelum kami). Rabbanaa (Ya Tuhan kami) wa laa (dan janganlah) tuhammilnaa (Engkau bebankan kepada kami) ma laa (apa-apa yang tidak) thouqota lanaa bihii (sanggup kami memikulnya), wa’fu annaa (dan maafkanlah kami) waghfir lanaa (dan ampunilah kami) warhamnaa (dan sayangilah kami) anta maulaanaa (Engkaulah Pelindung kami), fanshurnaa (maka tolonglah kami) alal qaumil kaafirin (atas kaum kafir).
Saya sangat-sangat capek. Tetapi saya yakin masih ada yang lebih capek dan terbebani.
Hidup ini katanya tak bermakna jika tak ada beban, maka insan biasanya akan mencari beban itu. Tetapi ketika dipertemukan dengan beban dan kesibukan, maka didapatinya dirinya menjadi sesak karena terhimpit beban yang berat.
Manusia tidak mampu menakar kekuatannya sebenar-benarnya, tetapi Allah Maha Tahu berapa berat beban yang harus ditanggung oleh setiap jiwa. Karenanya orang yang memilih jalan pintas dengan bunuh diri karena beban hidup tidak meyakiniNya bahwa Dia Maha Pengatur yang terbaik.
Beberapa hari lalu kasus pencampuran beras terjadi di Jepang, sehingga semua produk yang menggunakan beras sebagai bahan dasar (kue, keripik, cuka, sake, dll) dicurigai akan meracuni jiwa yang memakannya. Sebuah rantai beracun yang sulit diputus. Karena tak sanggup menahan beban bersalah atas tindakannya, direktur perusahaan pencampuran beras bunuh diri.